Tambang Rubi Jadi Medan Perang: Serangan Junta Myanmar Tinggalkan Luka Mendalam

Pada Agustus 3, 2025, konflik di Myanmar terus bergejolak. Pasukan pemberontak berhasil merebut kembali beberapa wilayah strategis di Myanmar tengah, termasuk pusat pertambangan emas Thabeikkyin, setelah pertempuran sengit selama setahun.
Namun, situasi kemanusiaan semakin memburuk. Serangan udara oleh junta militer Myanmar di pusat pertambangan rubi yang dikuasai pemberontak telah merenggut nyawa 13 orang. Seorang saksi mata melaporkan bahwa serangan terjadi sekitar pukul 08.15 pagi waktu setempat, menewaskan tujuh orang di tempat kejadian dan enam lainnya meninggal akibat luka-luka.
Korban termasuk seorang biksu Buddha yang sedang mengumpulkan sedekah dan seorang ayah bersama anaknya yang sedang mengendarai sepeda motor. Juru bicara Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang mengkonfirmasi jumlah korban tewas dan menambahkan bahwa 14 orang lainnya mengalami luka-luka.
Perang saudara di Myanmar telah berlangsung sejak kudeta militer yang menggulingkan pemerintahan Aung San Suu Kyi. Awalnya, militer terdesak oleh serangan gabungan dari kelompok pemberontak, tetapi mereka telah memberlakukan wajib militer untuk memperkuat pasukannya.
Junta militer mengakhiri keadaan darurat yang telah berlangsung selama lebih dari empat tahun dan menjanjikan pemilu pada bulan Desember sebagai solusi untuk konflik. Namun, pemilu ini diboikot oleh kelompok oposisi, termasuk anggota parlemen yang digulingkan, karena Aung San Suu Kyi masih dipenjara.
Seorang pakar PBB menggambarkan pemilu yang direncanakan sebagai kecurangan yang dirancang untuk melegitimasi kekuasaan junta militer. Situasi di Myanmar tetap tegang dan tidak pasti, dengan kekerasan dan penderitaan terus berlanjut.
Di sisi lain, detikcom bekerja sama dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk memberikan penghargaan kepada jaksa-jaksa berprestasi di seluruh Indonesia.